Sunday, December 20, 2015

Penduduk


 Kota Lama Semarang
Seperti  halnya Batavia dan Surabaya, tempo doeloe di kota Semarang juga sudah banyak bertempat tinggal orang  Belanda. Menurut perhitungan yang pernah diadakan oleh Pemerintah Hindia Belanda, pada akhir tahun 1895 misalnya  diantara 82.962 orang yang pada waktu itu menjadi penduduk di kota Semarang, maka yang 66.280 orang terdiri dari orang Jawa, 11.375 orang Tionghoa, 751 orang terdiri dari orang Arab dan yang 1.011 orang terdiri dari orang Timur Asing selain orang Arab dan Tionghoa, sementara sisanya sebanyak 3.545 orang terdiri dari orang Eropa dan kebanyakan adalah orang Belanda (Van Der Lith, P.A.Sneleman, Joh F, Encyclopaedie Van  Nederlandisch Indie, Derde Deel).
Karena di kota Semarang pada masa itu sudah terdapat banyak orang Eropah dan teristimewa orang Belanda, maka kita tidak merasa heran jika melihat bahwa dalam soal nama-nama tempat pun, di kota Semarang juga kita jumpai cukup banyak nama-nama tempat yang berasal dari khazanah perkataan Belanda pula.
Demikianlah  misalnya  ki­ta mencatat pernah adanya nama Palmenlaan (sekarang jala. Ade Irma Suryani), Nieuw Holland (sekarang jalan. Widoharjo), Zimmermanlaan (sekarang jalan. Basudewa) Villapark (sekarang jalan. Bringin I) dan sebagainya, sementara nama-nama jalan di bagian Kota Lama (Oude Staad) boleh di katakan hampir seluruhnya dalam nama-nama Belanda.
Seperti halnya dengan nama-nama tempat dan jalan lainnya, dalam nama jalan Belanda itupun kita juga melihat adanya suatu tendensi untuk memberi nama tempat dan jalan yang bersangkutan. Dengan memperhatikan keadaan dari tempat dan jalan itu sendiri. Kita ambil contoh saja misalnya mengenai sebagian jalan. Dr. Cipto yang merentang mulai dari kawasan Rejosari sampai ke simpang empat jalan Pandean Lamper, tempo doeloe jalan tersebut secara resmi dinamakan Karrenweg dan nama ini lahir tidak lain dan tidak bukan justru karena jalan tersebut dalam lembaran    "riwayatmu dulu” memang  pernah tercatat menjadi jalan yang banyak dilalui  oleh  kereta baik dokar maupun kereta pedati yang kebanyakan datang dari daerah Dangguwo dan Pedurungan, yang pada memuat barang dagangan untnk dijual ke kota Semarang.
Demikian juga halnya dengan Achterkerstraat,yang dinamakan demikian tidak lain justru karena jalan tersebut letaknya ada di belakang gereja, yakni gereja Blenduk yang termasyur itu, dan demikian pula halnya dengan Komedistraat (sekarang jalan. Cendrawasih): yang dinamakan demikian justru karena di jalanan tersebut tempo doeloe pernah ada gedung komedinya.

Thursday, December 17, 2015

Klik Batavia

Pasar Baru Dari Atas

Klik Batavia adalah tempat berbincang dan berdiskusi tentang Batavia, kota lama Jakarta. Sebagai admin, saya mengharapkan anda merasa kembali kemasa lampau. Memang Batavia sendiri banyak diceritakan orang Jakarta tetapi belum ada situs yang menfokuskan diri pada perbicangan dan diskusi tentang Batavia.
 
Walaupun Batavia hanya bagian yang sangat kecil dari Indonesia, karena  merupakan kota tua ibukota Negara dia adalah cermin pembangunan kota lama di seluruh Indonesia. Sejarah kota yang panjang mulai jaman VOC yang konon dibangun sebagai tiruan Kota Amsterdam, sampai jamannya Pak Ahok sebagai gubernur, kota tua Jakarta selalu menunjukkan dinamika yang tidak pernah layu.
 
Klik Batavia akan sangat diperlukan semua orang baik yang cinta kota lama atau yang tidak memiliki perhatian sama sekali. Bagi pecinta kota lama tentu situs ini adalah rumah untuk mengekpresikan diri, membedah memori kolektif yang selama ini terpendam. Bagi mereka yang belum memiliki perhatian tentang kota lama, harus dibuat tertarik. Mengapa? Kota Lama Jakarta – Batavia adalah identitas Jakarta di jaman internet. Jangan hanya melihat di koran atau televisi tentang indahnya kota lama Amsterdam, tetapi kita harus bisa membangkitkan kecintaan terhadap kota lama Jakarta - Batavia
 
Bagi orang muda, kota tua adalah wahana untuk belajar baik dari sudut seni, arsitektur, kesehatan kota, bahkan ekonomi kota. Bagi para peneliti baik dibidang-bidang yang disebutkan tadi ataupun bidang-bidang yang lain, adalah obyek penelitian yang sangat menarik. Untuk orang awam, kota tua merupakan pusat kenangan masa lampau. Kota lama adalah ruang yang menyegarkan dari kejenuhan kota modern yang penuh dengan gedung tinggi tetapi sekaligus macet dan kumuh, seperti halnya kota-kota di Negara yang sedang berkembang.
 
Segalanya tentang Batavia! Tuangkan apa saja yang menjadi pemikiran anda tentang kota tua Jakarta, baik lewat tulisan di Blog, komentar, berpartisipasi dalam forum diskusi. Bahkan, membaca artikel di menu Klik Batavia saja, sudah merupakan partisipasi penting dalam keterikatan dengan kota lama.

Jika anda tertarik, silahkan klik disini.

Sunday, August 23, 2015

Matahari di Atas Batavia

Dok Kapal di Batavia

Klik Batavia adalah website yang komplit tentang Batavia. Maka dari itu kurang lengkap kalau tidak ada novel yang bercerita tentang kota tua ini, menjadikannya panggung yang menegangkan dan sekaligus romantis.
Novel ini diangkat dari kehidupan nyata di Batavia, penelitian sejarah kota ini pada tahun 1737-1740 dimana mayoritas penduduk kota adalah orang Tionghoa dan yang memerintah adalah orang Belanda. Kehidupan Batavia pada saat itu sangat religius dengan dominasi kehidupan gereja protestan Kalvinis. Sebaliknya kehidupan dipecinan yang berada diluar tembok kota adalah agama kelenteng.
Novel ini mengangkat kisah seorang sinshe yang bertugas di rumah sakit Tionghoa, sayang rumah sakit itu sudah diruntuhkan tanpa bekas dan sudah dilupakan orang. Diceritakan percintaan antara seorang sinshe dengan gadis berdarah campuran Belanda - Tionghoa. Latar belakang percintaan mereka adalah peristiwa 1740 yang mana Batavia di serang orang Tionghoa dibawah pimpinan Khe Panjang dan peristiwa pembantaian orang Tionghoa.  
Ditulis oleh seorang sejarahwan dan penulis yang lagi naik daun Chen Ming Sien, akan bertutur dalam cerita bersambung. Novel ini sebuah gebrakan dari bentuk novel tradisional yang satu arah. Sebaliknya novel ini dua arah dimana pembaca dapat memberi komentar dan saling berkomentar serta berdiskusi.

Wisindo, Wisata Indonesia

Pantai Skouw Sae

Selamat datang di situs Wisindo. Kami senantiasa memberikan informasi wisata di Indonesia sampai dengan kota sekecil apa pun. Bagi kami semua tempat di Indonesia adalah Indah dan dapat dijual sebagai tujuan pariwisata. Apakah seluruh wilayah Indonesia adalah surganya pariwisata? Tergantung bagaimana kita melihatnya. Website ini mengajak anda untuk mengekplorasi seluruh wilayah Indonesia. Kami memandang Nusantara sebagai halaman luas yang dimana saja dapat ditanami “pohon pariwisata” yang nantinya akan berbuah memberikan kemakmuran bagi rakyatnya. Maka dari itu kami terbuka jika ada pemerintah daerah yang ingin mempromosikan pariwisata di daerahnya di website ini. 

Selain itu situs kami juga melakukan pendidikan pariwisata bagi siapa saja yang ingin tahu apa itu pariwisata. Maka dari itu banyak tulisan pariwisata yang mudah dimengerti oleh semua orang. Kami selalu berusaha menyederhanakan segala hal yang rumit dan sulit untuk dimengerti. Teori-teori pariwisata yang hanya dimengerti oleh dunia kampus diubah menjadi sederhana dan enak dibaca. 

Jangan lupa, situs ini mengungkap secara lebih luas tentang perencanaan pariwisata. Bagi kami masalah pariwisata bukan hanya bagaimana mempromosikannya sehingga laku dijual, tetapi juga bagaimana mempersiapkannya. Suatu perencanaan pariwisata merupakan multidisiplin. Untuk itu kami bekerjasama dengan perguruan tinggi terkemuka untuk menjelaskan hal ini. 

Kami juga menyajikan tulisan-tulisan ringan, enak dibaca dan memberi pendidikan pariwisata. Cita-cita kami adalah semua orang Indonesia sadar wisata. Dengan demikian akan mudah menatanya dan mempromosikan pariwisata. Kekuatan pariwisata sebenarnya terletak pada kesadaran masyarakatnya untuk menjadi masyarakat yang “menjual” pariwisata. 

Selamat Datang di Wisindo!

Monday, March 2, 2015

Selamat Datang

Kantor Residen

Selamat datang di Semarang Kota Kenangan, sebuah situs yang merupakan kumpulan-kumpulan cerita tentang kota Semarang yang sudah menjadi kenangan. Cerita-cerita tentang Semarang diharapkan mengingatkan kembali akan kota lama yang demikian penting di Pulau Jawa ini.
 

Di awal abad ke 20 kota semarang di juluki “Parijs van Java” karena merupakan kota yang indah di Jawa dan keindahannya menyamai kota paris. Tetapi sekarang kota ini sudah kehilangan keindahannya. Bagian kota Semarang yang indah adalah kota lamanya tetapi sekarang mengalami banyak kerusakan lingkungan dan mati.
 

Berbagai cara telah dilakukan pemeritah kota dan beberapa Lembaga Swadaya masyarakat tetapi tetap saja Kota lama Semarang terus menerus sekarat. Kami berpendapat bahwa untuk mengembalikan keindahan kota Semarang membutuhkan usaha dari semua pihak, kesadaran akan pentingnya kota lama bagi kehidupan sekarang.
 

Untuk itulah kami menerbitkan Semarang Kota Kenangan, mengkampanyekan sejarah kota Semarang kepada siapa saja yang mencintai Semarang. Tentunya kami sangat senang jika anda berpartisipasi dalam website ini. Menulis komentar pada artikel di situs Semarang Kota Kenangan adalah kehormatan kami. Bahkan hanya membaca artikel saja anda sudah berpartisipasi dalam menghidupkan kembali kota Semarang.
 

Selamat mengikuti.


Matahari di Atas Batavia



Klik Batavia adalah website yang komplit tentang Batavia. Maka dari itu kurang lengkap kalau tidak ada novel yang bercerita tentang kota tua ini, menjadikannya panggung yang menegangkan dan sekaligus romantis.

Novel ini diangkat dari kehidupan nyata di Batavia, penelitian sejarah kota ini pada tahun 1737-1740 dimana mayoritas penduduk kota adalah orang Tionghoa dan yang memerintah adalah orang Belanda. Kehidupan Batavia pada saat itu sangat religius dengan dominasi kehidupan gereja protestan Kalvinis. Sebaliknya kehidupan dipecinan yang berada diluar tembok kota adalah agama kelenteng.

Novel ini mengangkat kisah seorang sinshe yang bertugas di rumah sakit Tionghoa, sayang rumah sakit itu sudah diruntuhkan tanpa bekas dan sudah dilupakan orang. Diceritakan percintaan antara seorang sinshe dengan gadis berdarah campuran Belanda - Tionghoa. Latar belakang percintaan mereka adalah peristiwa 1740 yang mana Batavia di serang orang Tionghoa dibawah pimpinan Khe Panjang dan peristiwa pembantaian orang Tionghoa. 

Ditulis oleh seorang sejarahwan dan penulis yang lagi naik daun Chen Ming Sien, akan bertutur dalam cerita bersambung. Novel ini sebuah gebrakan dari bentuk novel tradisional yang satu arah. Sebaliknya novel ini dua arah dimana pembaca dapat memberi komentar dan saling berkomentar serta berdiskusi.

Untuk membacanya silahkan klik disini

Aneka Masakan Lainnya

Lumpia Semarang

Pada masa tempo doeloe di kalangan masyarakat Semarang dapat kita jumpai cukup banyak masakan yang cukup menyegarkan seperti ‘jangan cemplung” itu dan salah sebuah di antaranya ialah “bloar mak”.

Tidak ubahnya dengan “Jangan Cemplung” masakan yang dinamakan “bloar mak” itu juga tidak begitu susah membuatnya. Bahannya juga tidak begitu banyak. Adapun bahan-bahan yang diperlukan ialah daging kambing yang ada tulang-tulangnya, brambang bawang, merica dan daun bawang seledri serta sejemput garam. Setelah,dibersihkan dan dipotong kecil-kecil daging kambing bertulang yang telah disediakan direbus hingga "empuk". Setelah itu diberi sedikit merica yang telah ditumbuk halus dan garam secukupnya,

Selaniutnya diberi daun bawang seledri yang telah dipotong kecil-kecil dan brambang rajangan yang sebelumnya telah digoreng hingga menguning. Mudah sekali bukan?

Selain "bloar mak", tempo doeloe masyarakat Semarang juga masih mengenal sebuah masakan "bloar" yang lain, yang untuk mudahnya sering dlnamakan "bloar pedes", oleh karena berbeda halnya dengan "bloar mak". "bloar" yang satu ini memang menggunakan lombok dan oleh karenanya pedas juga rasanva.

Kecuali sedlkit lombok merah satu atau dua buah. mana suka, bahan reramuan lain yang perlu disediakanda dalam membuat "bloar'' yang satu ini ialah ikan kambing yang ada tulang-tulangnya, merica, kecap, cukak, sere, jahe dan garam.

Mula-mula daging kambing bertulang dibersihkan dan dipotong kecil-kecil, kemudian direbus hingga empuk. Rebusan daging kambing bertulang itu lalu diberi kecap, merica yang telah ditumbuk halus, garam,sedikit sereh dan jahe,kecap,brambang dan bawang yang masing-masing telah dirajang dalam keadaan mentah,dan rajangan lombok merah. Setelah beberapa waktu lamanya kemudian diangkat dari perapian dan disajikan dalam sebuah pinggan.

Tidak lupa kiranya kalau kita bicara makanan khas Semarang, kita harus berbicara tentang Lumpia Semarang. Berbeda dengan Lumpia dari daerah lain, di Semarang berisi rebung atau bambu muda yang dipotang kecil-kecil dan dimasak dengan telur. Walaupun lumpia dapat kita temui dinegara mana saja, tetapi yang rasanya khas hanya disemarang yang disajikan dengan daun bawang.

Demikian sedikit mengenai beberapa masakan yang khas Semarang pada masa tempo doeloe.

Cara Membuatnya

Tahu Telor Semarangan

Berbicara mengenai tahu, pada jaman tempo daoeloe di kalangan masyarakat Semarang, dapat kita jumpai dua macam masakan yang benar-benar khas Semarang, yang bahan pokoknya terbuat dari tahu.

Yang pertama ialah tahu “ndog" atau tahu telur. sesuai dengan namanya, masakan itu memang dibuat, terutama dengan menggunakan bahan baku tahu dan telur, dan telur ini bukan teiur ayam tetapi telur itik. Disamping itu juga menggunakan sejumlah bahan yang lain; yang jumlahnya tidak terlalu banyak, lagi pula mudah didapat, yakni brambang dan bawang, udang,merica,daun bawang selederi dan garam.

Adapun cara membuatnya demikian: Mula-mula tahu yang telah disediakan diremat-remas dengan menggunakan tangan hingga halus. Selanjutnya dicampur dengan merica, udang, bawang dan garam yang masing-masing dalam kadar yang cukup sebelumnya telah dihalus kan menjadi satu. Sesudah selesai, acuan itu dicampur dengan brambang yang telah dirajang tipis-tipis dan daun bawang seledri yang telah dipotong kecil-kecil dan diaduk dengan cairan telur itik. Kemudian digoreng dalam bentuk bulatan-bulatan dengan garis tengah lebih kurang 6cm , dan setelah matang diangkat dan disajikan diatas piring dengan disertai sambal yang terbuat dari bawang putih, kacang goreng dan cabai rawit yang ditumbuk halus disertai dengan kecap dan sedikit cukak.

Disamping tahu ndog dalam bentuk tersebut di atas,kadang-kadang juga terjumpai tahu ndog yang dibuat dalam bentuk bulatan yang lebih besar, lebih kurang sebesar satu alas cangkir.dalam menyajikannya kadang2juga disertai dengan petis dan kol yang dirajang tipis-tipis.

Pada masa tempo doeloe hingga tahun-tahun sekitar 1950-an di kota Semarang pernah terdapat seorang penjual “tahu ndog”yang terkenal namanya Wak Kepis, berasal dari kampung Kebon Kenap dan membuka dasarannya pada sore hingga malam hari di jalan. Ambengan (sekarang jalan. Letjen MT Haryono), tidak begitu jauh dari kampungnya. Kecuali "tahu ndog", pada waktu itu Wak Kepis juga menjual nasi babad dan tahu goreng.

Selain tahu ndog, masakan khas Semarang yang lain yang bahan bakunya terbuat dari tahu ialah "jangan cemplung". Masakan ini merupakan suatu masakan yang cukup menyegarkan sangat nyaman, sedangkan cara membuatnya juga tidak begitu susah. Kecuali tahu, untuk membuat "jangan cemplung" tsb. diperlukan telur itik, brambang bawang, udang, garam, taoge, kol, merica dan daun bawang seledri.
 
Mula-mula tahu yang telah di sediakan diremas-remas hingga halus. selanjutnya dicampur dgn bawang putih, merica. udang dan garam, yg masing-masing dengan kadar yang cukup juga telah ditumbuk halus. Setelah itu. acuan tersebut diaduk dgn mengguna kan cairan telur itik, dari di goreng dalam bentuk bulatan-bulatan yang kecil, dengan jalan memasukkannya dalam minyak yang panas, dengan menggunakan sebuah sendok makan. Taoge yang telah disedia kan lalu direbus dalam sebuah panci dengan menggunakan air secukupnya, bersama-sama dengan kol dan daun bawang seledri yang telah dipotong kecil-kecil. Bersamaan dengan itu dicampurkan merica yang telah ditumbuk halus, garam secukupnya dan brambang rajangan yang sebelumnya telah digoreng.

Setelah mendidih, bulatan-bulatan tahu yang telah digoreng segera dimasukkan dan beberapa waktu kemudian diangkat dan disajikan dalam sebuah pinggan.

Seperti telah dikemukakan diatas “jangan cemplung” merupakan sebuah masakan yang cukup menyegarkan dan lezat rasanya, lebih-lebih jika dimakan hangat-hangat.

Gimbal Urang dan Tahu Telor

Gimbal Urang

Pada waktu itu di kota Semarang sebenarnya juga sudah terdapat para penjual tahu goreng dan gimbal urang (udang), yang menjualnya dengan menggunakan pikulan, tidak banyak ubahnya dgn penjual tahu goreng lain gimbal urang yang sekarang ini, pada malam hari masih banyak bersliweran, tetapi tidak menjual tahu pong, seperti yang dijual bah Urip.

Di samping itu, khusus mengenai gimbal urangnya. jika dlbandingkan dengan gimbal urang yang dijual mbah Urip dengan jujur juga harus diakui, bahwa para penjual tahu goreng dan gimbal urang itu "kalah" benar. Gimbal urang mbah Urip dibuat dengan menggunakan udang yang terpilih, yang besar, dan agak istimewa pula racikan bumbu-bumbunya.

Lain daripada itu, mbah Urip juga masih mempunyai sebuah keistimewaan, jika mengambil tahu-tahu yang telah digorengnya, yang di taruhnya dalam sebuah "serok", tidak menggunakan "susuk", akan tetapi justru menggunakan supit yang terbuat dari kayu. Hal ini sudah terang bukan tidak ada sebab musababnya, oleh karena dengan cara demikian, kata orang, ia merasa akan lebih mudah menghitung potongan-potongan tahu yang dijualnya.

Dengan teriakan "hu"-nya yang khas, mbah Urip mengawali penjualan tahu dan gimbal urangnya pada sore hari kira-kira jam empat dan setelah ke sana kemari lebih kurang tiga jam lamanya, biasanya masakan yang dijualnya telah ludes, tiada lagi bersisa.

Setelah mbah Urip muncul beberapa orang lain, yang mencoba mengadu nasib dengan berjualan tahu pong, di antaranya ada yang membuka kios bertenda di jalan. Peloran - sekarang jalan. Gajah Mada. Dan seperti halnya tahu pong mbah Urip, tahu pong yang dijual oleh kios yang terletak di jalan. Peloran itu juga sangat terkenal, hingga termasyhur dengan nama tahu pong Peloran.

Di jalan. Jagalan, di kompleks halaman bioskop yang terdapat di jalan itu, juga terdapat sebuah kios yang menjual tahu pong dan gimbal urang yang tidak kurang terkenalnya. Bahkan seperti halnya kios tahu pong di jalan. Peloran kios tahu pong di kompleks halaman bioskop Jagalan itu juga menyediakan telur goreng, sebagai pelengkap. tahu pong dan gimbal urang yang dijualnya.

Sekalipun namanya telur goreng, telur itu bukan telur itik yang di goreng dengan jalan didadar atau diceplok dibuat telur mata sapi, akan tetapi telur itik, yang sebelum digoreng telah direbus lebih dulu. Setelah telur dikuliti dan dibiarkan berada dalam minyak yang panas hingga kulitnya "kemripik", telur itu kemudian potong-potong dan disajikan dalam suatu piring bersama-sama dengan tahu pong dan gimbal urang yang keduanya juga telah dipotong kecil dengan diberi sambal, petis dan daun kol yang dipotong tipis-tipis.

Hingga akhir 1970an, kios tahu pong dan gimbal urang di kompleks halaman bioskop Jagalan itu masih ada dan menurut keterangan dari sejumlah orang penduduk "kuno" kota Semarang, merupakan kios tahu pong dan gimbal urang yang paling tua sendiri di kota Semarang, yang sedari tempo doeloe hingga sekarang terus menerus aktif, bergerak da lam bidang "profesi"nya.

Sunday, March 1, 2015

Tahu Pong

Tahu Pong Semarang

Di kalangan masyarakat Jawa terdapat sebuah pepatah yang berbunyi "Negara mawa tata desa mawa cara". Pepatah tersebut yang senilai artinya dengan pepatah Melayu “Lain lubuk lain ikannya lain padang lain pula belalangnya", mengandung arti maknawi bahwa tiap-tiap daerah tentu memiliki adat istiadat tersendiri yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Perbedaan itu yang terkadang demikian menyolok di antaranya bisa kita jumpai dalam bidang masakan.

Tiap-tiap daerah tentu mempunyai berbagai macam masakan yang pedas, namun ada juga daerah yang penduduknya menyukai masakan yang manis-manis dan serba gurih rasanya. Di samping itu tiap daerah juga memiliki makanan yang istimewa, yang sangat terkenal hingga membuat masing-masing daerah yang bersangkutan sangat termasyur di mana-mana, dan pikiran orangpun sering melayang pada makanan-makanan itu jika me nyebut nama-nama daerah yang_ bersangkutan.

Kota Yogya misalnya sangat terkenal karena gudegnya,hingga kota itu sering disebut "kota gudeg". Dan tidak jauh dari Yogya, di dekat candi Prambanan, kita bisa menjumpai suatu daerah yang tidak begitu luas bernama Kalasan, yang kecuali candinya juga sangat terkenal karena ayam gorengnya. Sementara itu di sebelah timur Kalasan terletak Sala, yang kecuali terkenal karena "Wong Sala"-nya yang mempunyai ciri kepribadian yang khas itu, juga sangat terkenal karena "sego liwet"-nya.

Masih di daerah Jawa Tengah, kita masih bisa menyebut Kudus yang sangat terkenal karena "soto" dan "jenang"-nya, Salatiga yang sangat terkenal karena "enting-enting gepuk"-nya, Brebes yang sangat terkenal karena "telur asin"-nya, Magelang yang sangat terkenal karena "getuk Trio"nya

Di daerah Jawa Barat, semenjak tempo doeloe kota Jakarta sudah sangat terkenal karena "nasi uduk"-nya sedangkan kota Garut sangat terkenal karena dodolnya. Sementara itu Sumedang sangat terkenal karena "tahu"-nya.

Bagaimana halnya dengan Semarang? Tidak ubahnya dg Yogya, Kalasan, Sala, Kudus, Salatiga Brebes Magelang, Jakarta,Garut,Sumedang dan banyak kota-kota yang lain di pulau Jawa, kota Semarang juga mempunyai makanan yang khas dan spesifik Semarang, yakni “tahu pong”.dan demikian terkenalnya “tahu pong” Semarang ini sampai-sampai kota Semarang pernah dijuluki sebagai “kota tahu pong”, tidak ubahnya dengan Yogya yang mendapat julukan kehormatan sebagai “kota gudeg”.

Tahu pong Semarang memang lain daripada yang lain. Jika masih mentah, bentuknya nampak biasa saja, akan tetapi, jika telah dipotong-potong dan, digoreng potongan-potongan tahu pong yang kecil-kecil itu dengan tiba-tiba mengembang, dan setelah diramu dengan sambal vang dibuat dengan menggunakan reramuan bumbu-bumbu yang khas Semarang, akan merupakan suatu hidangan yang benar-benar bisa menggoyang lidah.

Orang yang berjasa besar dalam. mentenarkan tahu pong Semarang itu ternyata seorang babah Tionghoa, yang di kalangan "wong Semarang" pada masa tempo doeloe lebih terkenal dengan nama Jawanya "bah Urip".

Pada kira-kira tahun 1920-an, babah Tionghoa yang berasal dari kampung Kentangan itu telah menjual tahu pong, di samping tahu biasa yang lazim disebut "tahu mplek" dan "gimbal urang”. Sebagai seorang penjual tahu dan gimbal urang Kesana kemari menggunakan sebuah pikulan,yang dipikul oleh seorang pembantunya. Dalam menyajikan dagangannya, ia biasanya ber jalan dimuka, dan pada saat-saat tertentu berteriak "hu" singkatan dari perkataan "tahu"!

Jarak jangkauan pasarannya tidak begitu luas. Setelah beberapa waktu lama nya mangkal di "regol" kampung Bubudan, biasanya ia bergerak ke kampung Bang' Anom dan dari Bang Anom menuju ke arah utara, menyusuri jalan Ambe ngan terus ke Pandean dan kemudian pulang kembali ke pangkalannya di kampung Bubudan. Walaupun demikian, masakan yang dijualnya sangat laris.

Belajar Dari Oei Tjoe

Rumah Oei Tjoe

Dalam buku Present Day Impressions Of The Far East And Prominent & Progressive Chinese at Home and Abroad, yang diterbitkan oleh The Globe Encyclopedia Company pada tahun 1917, dan berisi rekaman keterangan-keterangan berharga mengenai sejarah, penduduk perdagangan, industri dan sumber kekayaan alam di Tiongkok, Hongkong, Indochina, Malaysia dan  Indonesia, Oei Tjoe pernah diberi julukan sebagai seorang yang benar-benar ajaib, oleh karena sekalipun ia tidak mengetahui bahasa-bahasa asing, namun ia telah dapat mengurusi perdagangan yang besar.
 
Oei Tjoe hanya dapat membaca dan menulis dalam bahasa dan aksara Tionghoa saja, dan tidak pernah mengenyam bangku sekolah .Walaupun demikian, karena ketekunan nya, kehematannya dan nasibnya yang baik, ia berhasil menjadi seorang pedagang yang kaya raya, di kota Semarang, yang mempunyai sebuah perusahaan besar yang kian lama kian berkembang, hingga pada tahun 1898 dapat membuka cabang di Pekalongan, dan, pada tahun 1904 di Singapura, sedangkan di Batavia tahun 1907. Disamping itu, ia juga memiliki cabang-cabang di Medan, Shanghai dan Amoy.

Oei Tjoe mempunyai sebuah kantor besar di Gang Tengah Semarang, yang mula-mula kecuali dipergunakan sebagai kantor bagi perusahaannya juga dipergunakan sebagai rumah pribadinya.

Pada tahun 1916, tepatnya pada bulan November, Oei Tjoe berhasil menyelesaikan pembangunan sebuah rumah besar di Peterongan yang dimaksudkan akan dipakai sebagai tempat tinggalnya. Setelah pembangunan itu selesai, iapun kemudian pindah ke tempat itu bersama-sama dengan semua anggauta keluarganya.

Istana itu dibangun dengan langgam arsitektur Eropa, dengan halaman yang sangat luas disertai dengan sebuah patung nyonya Belanda sedang mengacungkan tangannya. Di sebelah kirinya. dihiasi dengan gunung-gunungan yang terbuat dari batu, dan diantara gunung-gunungan itu nampak pula sebuah jembatan yang mengingatkan para pemandangan pada panorama alam dalam Iukisan klasik Tionghoa.

Semuanya, menyuguhkan suatu perpaduan yang sangat menarik dan anggun, Namun sayang, bahwa semua keindahan itu ternyata tidak berusia lama. Karena sekarang justru telah lenyap sekalipun gedungnya masih ada, dan sisa dari gunung-gunungah itupun masih ada pula.
 
Demikianlah sedikit riwayat dari seorang hartawan di kota Semarang pada masa tempo doeloe, yang bernama Oei Tjoe, yang mula-mula hanyalah seorang pedagang kopi yang miskin saja, namun berkat keuletannya, berkat kehematannya berkat kejujurannya dan berkat bintang nasibnya, pada akhirnya telah berhasil memuncak, hingga menjadi seorang pedagang besar yang kaya raya.

Mudah-mudahan kita bisa mengambil hikmah dan suri tauladan dari kunci suksesnva itu.

Pedagang Yang Maju

Peta Rumah Oei Tjoe

Kian lama usaha Oei Tjoe kian maju hingga pada th 1898 berkat kejujurannya ia berhasil mendapatkan kepercayaan dari beberapa buah perusahaan perkebunan kopi untuk membeli kopi langsung dari mereka, dan pada tahun 1904 berhasil pula mendapatkan kepercayaan dari beberapa orang agen untuk membeli gula langsung dari pabrik-pabrik gula.
 
Mula-mula ia tidak begitu banyak membeli gula dari agen-agen itu, tetapi mungkin sekali sudah menjadi suratan takdir, dalam bidang perdagangan gula ini usaha nya kian lama justru kian memuncak, hingga pada dasawarsa kedua dalam abad ke XX, ia sudah menjadi salah seorang tokoh besar dalam bisnis perdagangan gula di Hindia Belanda.

Hal yang terakhir itu, dengan jelas dapat dilihat dari omzet perdaganganya. Untuk tahun 1917 misalnya, sebelum tahun itu mulai, ia telah membeli sebanyak 5.000.000 pikul atau 300.000 ton gula. Oei Tjoe melempar gula yang telah dibelinya ke berbagai daerah di Nusantara, ke Malaysia, India, Saigon, Hongkong dan Shanghai, dan sebagian lagi dijualnya pada berbagai perusahaan perdagangan Eropa di Semarang, yang selanjutnya mengeksport gula itu ke benua Eropa.

Kecuali dari agen-agen pabrik gula, Oei Tjoe juga membeli gula yang diper dangkannya dari para pedagang Tionghoa, di samping juga menjual gula itu kepada mereka.

Sangatlah sukar untuk membuat perkiraan, betapa kiranya besar jumlah gula yg telah diperdagang kan oleh Oei Tjoe. Dasar yang paling baik untuk membuat perkiraan mengenai hal itu, kiranya ialah angka-angka yang dapat di kumpulkan dari para makelar yang berhubungan dengannya. Dari para makelar itu, pada tahun 1916 kita dapat mengumpulkan angka 25.000.000 pikul, dan ini berarti, bahwa pada tahun 1916, sebagian besar dari produksi gula di Jawa berada di tangan Oei Tjoe.

Sebelum pecahnyaa Perang Dunia I, modal dan kekayaan Oei Tjoe "hanya" berjumlah f.1.000.000 saja. Namun tiga tahun kemudian, berkat ketidakstabilan pasaran gula di pulau Jawa, sebagai akibat dari Perang Dunia I kekayaan itu dengan cepatnya telah dapat naik melonjak, hingga mencapai suatu jumlah yang tidak tanggung-tanggung sebesar f. 8.000.000

Dan tidak hanya itu saja di samping kekayaan sebesar itu, Oei Tjoe juga masih memiliki banyak kekayaan lagi di kota Semarang, Betawi, Singapura dan di berbagai tempat di Tiongkok.

Selain berdagang gula, Oei Tjoe juga bergerak dalam bidang perdagangan kopi, biji-bijian, di samping berdagang beras, yang dibelinya dari Siam, Saigon dan Rangoon.