Gimbal Urang
Pada waktu itu di kota Semarang sebenarnya juga sudah terdapat para penjual tahu goreng dan gimbal urang (udang), yang menjualnya dengan menggunakan pikulan, tidak banyak ubahnya dgn penjual tahu goreng lain gimbal urang yang sekarang ini, pada malam hari masih banyak bersliweran, tetapi tidak menjual tahu pong, seperti yang dijual bah Urip.
Di samping itu, khusus mengenai gimbal urangnya. jika dlbandingkan dengan gimbal urang yang dijual mbah Urip dengan jujur juga harus diakui, bahwa para penjual tahu goreng dan gimbal urang itu "kalah" benar. Gimbal urang mbah Urip dibuat dengan menggunakan udang yang terpilih, yang besar, dan agak istimewa pula racikan bumbu-bumbunya.
Lain daripada itu, mbah Urip juga masih mempunyai sebuah keistimewaan, jika mengambil tahu-tahu yang telah digorengnya, yang di taruhnya dalam sebuah "serok", tidak menggunakan "susuk", akan tetapi justru menggunakan supit yang terbuat dari kayu. Hal ini sudah terang bukan tidak ada sebab musababnya, oleh karena dengan cara demikian, kata orang, ia merasa akan lebih mudah menghitung potongan-potongan tahu yang dijualnya.
Dengan teriakan "hu"-nya yang khas, mbah Urip mengawali penjualan tahu dan gimbal urangnya pada sore hari kira-kira jam empat dan setelah ke sana kemari lebih kurang tiga jam lamanya, biasanya masakan yang dijualnya telah ludes, tiada lagi bersisa.
Setelah mbah Urip muncul beberapa orang lain, yang mencoba mengadu nasib dengan berjualan tahu pong, di antaranya ada yang membuka kios bertenda di jalan. Peloran - sekarang jalan. Gajah Mada. Dan seperti halnya tahu pong mbah Urip, tahu pong yang dijual oleh kios yang terletak di jalan. Peloran itu juga sangat terkenal, hingga termasyhur dengan nama tahu pong Peloran.
Di jalan. Jagalan, di kompleks halaman bioskop yang terdapat di jalan itu, juga terdapat sebuah kios yang menjual tahu pong dan gimbal urang yang tidak kurang terkenalnya. Bahkan seperti halnya kios tahu pong di jalan. Peloran kios tahu pong di kompleks halaman bioskop Jagalan itu juga menyediakan telur goreng, sebagai pelengkap. tahu pong dan gimbal urang yang dijualnya.
Sekalipun namanya telur goreng, telur itu bukan telur itik yang di goreng dengan jalan didadar atau diceplok dibuat telur mata sapi, akan tetapi telur itik, yang sebelum digoreng telah direbus lebih dulu. Setelah telur dikuliti dan dibiarkan berada dalam minyak yang panas hingga kulitnya "kemripik", telur itu kemudian potong-potong dan disajikan dalam suatu piring bersama-sama dengan tahu pong dan gimbal urang yang keduanya juga telah dipotong kecil dengan diberi sambal, petis dan daun kol yang dipotong tipis-tipis.
Hingga akhir 1970an, kios tahu pong dan gimbal urang di kompleks halaman bioskop Jagalan itu masih ada dan menurut keterangan dari sejumlah orang penduduk "kuno" kota Semarang, merupakan kios tahu pong dan gimbal urang yang paling tua sendiri di kota Semarang, yang sedari tempo doeloe hingga sekarang terus menerus aktif, bergerak da lam bidang "profesi"nya.
Di samping itu, khusus mengenai gimbal urangnya. jika dlbandingkan dengan gimbal urang yang dijual mbah Urip dengan jujur juga harus diakui, bahwa para penjual tahu goreng dan gimbal urang itu "kalah" benar. Gimbal urang mbah Urip dibuat dengan menggunakan udang yang terpilih, yang besar, dan agak istimewa pula racikan bumbu-bumbunya.
Lain daripada itu, mbah Urip juga masih mempunyai sebuah keistimewaan, jika mengambil tahu-tahu yang telah digorengnya, yang di taruhnya dalam sebuah "serok", tidak menggunakan "susuk", akan tetapi justru menggunakan supit yang terbuat dari kayu. Hal ini sudah terang bukan tidak ada sebab musababnya, oleh karena dengan cara demikian, kata orang, ia merasa akan lebih mudah menghitung potongan-potongan tahu yang dijualnya.
Dengan teriakan "hu"-nya yang khas, mbah Urip mengawali penjualan tahu dan gimbal urangnya pada sore hari kira-kira jam empat dan setelah ke sana kemari lebih kurang tiga jam lamanya, biasanya masakan yang dijualnya telah ludes, tiada lagi bersisa.
Setelah mbah Urip muncul beberapa orang lain, yang mencoba mengadu nasib dengan berjualan tahu pong, di antaranya ada yang membuka kios bertenda di jalan. Peloran - sekarang jalan. Gajah Mada. Dan seperti halnya tahu pong mbah Urip, tahu pong yang dijual oleh kios yang terletak di jalan. Peloran itu juga sangat terkenal, hingga termasyhur dengan nama tahu pong Peloran.
Di jalan. Jagalan, di kompleks halaman bioskop yang terdapat di jalan itu, juga terdapat sebuah kios yang menjual tahu pong dan gimbal urang yang tidak kurang terkenalnya. Bahkan seperti halnya kios tahu pong di jalan. Peloran kios tahu pong di kompleks halaman bioskop Jagalan itu juga menyediakan telur goreng, sebagai pelengkap. tahu pong dan gimbal urang yang dijualnya.
Sekalipun namanya telur goreng, telur itu bukan telur itik yang di goreng dengan jalan didadar atau diceplok dibuat telur mata sapi, akan tetapi telur itik, yang sebelum digoreng telah direbus lebih dulu. Setelah telur dikuliti dan dibiarkan berada dalam minyak yang panas hingga kulitnya "kemripik", telur itu kemudian potong-potong dan disajikan dalam suatu piring bersama-sama dengan tahu pong dan gimbal urang yang keduanya juga telah dipotong kecil dengan diberi sambal, petis dan daun kol yang dipotong tipis-tipis.
Hingga akhir 1970an, kios tahu pong dan gimbal urang di kompleks halaman bioskop Jagalan itu masih ada dan menurut keterangan dari sejumlah orang penduduk "kuno" kota Semarang, merupakan kios tahu pong dan gimbal urang yang paling tua sendiri di kota Semarang, yang sedari tempo doeloe hingga sekarang terus menerus aktif, bergerak da lam bidang "profesi"nya.
No comments:
Post a Comment