Tahu Pong Semarang
Di kalangan masyarakat Jawa terdapat sebuah pepatah yang berbunyi "Negara mawa tata desa mawa cara". Pepatah tersebut yang senilai artinya dengan pepatah Melayu “Lain lubuk lain ikannya lain padang lain pula belalangnya", mengandung arti maknawi bahwa tiap-tiap daerah tentu memiliki adat istiadat tersendiri yang berbeda antara satu daerah dengan daerah yang lain. Perbedaan itu yang terkadang demikian menyolok di antaranya bisa kita jumpai dalam bidang masakan.
Tiap-tiap daerah tentu mempunyai berbagai macam masakan yang pedas, namun ada juga daerah yang penduduknya menyukai masakan yang manis-manis dan serba gurih rasanya. Di samping itu tiap daerah juga memiliki makanan yang istimewa, yang sangat terkenal hingga membuat masing-masing daerah yang bersangkutan sangat termasyur di mana-mana, dan pikiran orangpun sering melayang pada makanan-makanan itu jika me nyebut nama-nama daerah yang_ bersangkutan.
Kota Yogya misalnya sangat terkenal karena gudegnya,hingga kota itu sering disebut "kota gudeg". Dan tidak jauh dari Yogya, di dekat candi Prambanan, kita bisa menjumpai suatu daerah yang tidak begitu luas bernama Kalasan, yang kecuali candinya juga sangat terkenal karena ayam gorengnya. Sementara itu di sebelah timur Kalasan terletak Sala, yang kecuali terkenal karena "Wong Sala"-nya yang mempunyai ciri kepribadian yang khas itu, juga sangat terkenal karena "sego liwet"-nya.
Masih di daerah Jawa Tengah, kita masih bisa menyebut Kudus yang sangat terkenal karena "soto" dan "jenang"-nya, Salatiga yang sangat terkenal karena "enting-enting gepuk"-nya, Brebes yang sangat terkenal karena "telur asin"-nya, Magelang yang sangat terkenal karena "getuk Trio"nya
Di daerah Jawa Barat, semenjak tempo doeloe kota Jakarta sudah sangat terkenal karena "nasi uduk"-nya sedangkan kota Garut sangat terkenal karena dodolnya. Sementara itu Sumedang sangat terkenal karena "tahu"-nya.
Bagaimana halnya dengan Semarang? Tidak ubahnya dg Yogya, Kalasan, Sala, Kudus, Salatiga Brebes Magelang, Jakarta,Garut,Sumedang dan banyak kota-kota yang lain di pulau Jawa, kota Semarang juga mempunyai makanan yang khas dan spesifik Semarang, yakni “tahu pong”.dan demikian terkenalnya “tahu pong” Semarang ini sampai-sampai kota Semarang pernah dijuluki sebagai “kota tahu pong”, tidak ubahnya dengan Yogya yang mendapat julukan kehormatan sebagai “kota gudeg”.
Tahu pong Semarang memang lain daripada yang lain. Jika masih mentah, bentuknya nampak biasa saja, akan tetapi, jika telah dipotong-potong dan, digoreng potongan-potongan tahu pong yang kecil-kecil itu dengan tiba-tiba mengembang, dan setelah diramu dengan sambal vang dibuat dengan menggunakan reramuan bumbu-bumbu yang khas Semarang, akan merupakan suatu hidangan yang benar-benar bisa menggoyang lidah.
Orang yang berjasa besar dalam. mentenarkan tahu pong Semarang itu ternyata seorang babah Tionghoa, yang di kalangan "wong Semarang" pada masa tempo doeloe lebih terkenal dengan nama Jawanya "bah Urip".
Pada kira-kira tahun 1920-an, babah Tionghoa yang berasal dari kampung Kentangan itu telah menjual tahu pong, di samping tahu biasa yang lazim disebut "tahu mplek" dan "gimbal urang”. Sebagai seorang penjual tahu dan gimbal urang Kesana kemari menggunakan sebuah pikulan,yang dipikul oleh seorang pembantunya. Dalam menyajikan dagangannya, ia biasanya ber jalan dimuka, dan pada saat-saat tertentu berteriak "hu" singkatan dari perkataan "tahu"!
Jarak jangkauan pasarannya tidak begitu luas. Setelah beberapa waktu lama nya mangkal di "regol" kampung Bubudan, biasanya ia bergerak ke kampung Bang' Anom dan dari Bang Anom menuju ke arah utara, menyusuri jalan Ambe ngan terus ke Pandean dan kemudian pulang kembali ke pangkalannya di kampung Bubudan. Walaupun demikian, masakan yang dijualnya sangat laris.
Tiap-tiap daerah tentu mempunyai berbagai macam masakan yang pedas, namun ada juga daerah yang penduduknya menyukai masakan yang manis-manis dan serba gurih rasanya. Di samping itu tiap daerah juga memiliki makanan yang istimewa, yang sangat terkenal hingga membuat masing-masing daerah yang bersangkutan sangat termasyur di mana-mana, dan pikiran orangpun sering melayang pada makanan-makanan itu jika me nyebut nama-nama daerah yang_ bersangkutan.
Kota Yogya misalnya sangat terkenal karena gudegnya,hingga kota itu sering disebut "kota gudeg". Dan tidak jauh dari Yogya, di dekat candi Prambanan, kita bisa menjumpai suatu daerah yang tidak begitu luas bernama Kalasan, yang kecuali candinya juga sangat terkenal karena ayam gorengnya. Sementara itu di sebelah timur Kalasan terletak Sala, yang kecuali terkenal karena "Wong Sala"-nya yang mempunyai ciri kepribadian yang khas itu, juga sangat terkenal karena "sego liwet"-nya.
Masih di daerah Jawa Tengah, kita masih bisa menyebut Kudus yang sangat terkenal karena "soto" dan "jenang"-nya, Salatiga yang sangat terkenal karena "enting-enting gepuk"-nya, Brebes yang sangat terkenal karena "telur asin"-nya, Magelang yang sangat terkenal karena "getuk Trio"nya
Di daerah Jawa Barat, semenjak tempo doeloe kota Jakarta sudah sangat terkenal karena "nasi uduk"-nya sedangkan kota Garut sangat terkenal karena dodolnya. Sementara itu Sumedang sangat terkenal karena "tahu"-nya.
Bagaimana halnya dengan Semarang? Tidak ubahnya dg Yogya, Kalasan, Sala, Kudus, Salatiga Brebes Magelang, Jakarta,Garut,Sumedang dan banyak kota-kota yang lain di pulau Jawa, kota Semarang juga mempunyai makanan yang khas dan spesifik Semarang, yakni “tahu pong”.dan demikian terkenalnya “tahu pong” Semarang ini sampai-sampai kota Semarang pernah dijuluki sebagai “kota tahu pong”, tidak ubahnya dengan Yogya yang mendapat julukan kehormatan sebagai “kota gudeg”.
Tahu pong Semarang memang lain daripada yang lain. Jika masih mentah, bentuknya nampak biasa saja, akan tetapi, jika telah dipotong-potong dan, digoreng potongan-potongan tahu pong yang kecil-kecil itu dengan tiba-tiba mengembang, dan setelah diramu dengan sambal vang dibuat dengan menggunakan reramuan bumbu-bumbu yang khas Semarang, akan merupakan suatu hidangan yang benar-benar bisa menggoyang lidah.
Orang yang berjasa besar dalam. mentenarkan tahu pong Semarang itu ternyata seorang babah Tionghoa, yang di kalangan "wong Semarang" pada masa tempo doeloe lebih terkenal dengan nama Jawanya "bah Urip".
Pada kira-kira tahun 1920-an, babah Tionghoa yang berasal dari kampung Kentangan itu telah menjual tahu pong, di samping tahu biasa yang lazim disebut "tahu mplek" dan "gimbal urang”. Sebagai seorang penjual tahu dan gimbal urang Kesana kemari menggunakan sebuah pikulan,yang dipikul oleh seorang pembantunya. Dalam menyajikan dagangannya, ia biasanya ber jalan dimuka, dan pada saat-saat tertentu berteriak "hu" singkatan dari perkataan "tahu"!
Jarak jangkauan pasarannya tidak begitu luas. Setelah beberapa waktu lama nya mangkal di "regol" kampung Bubudan, biasanya ia bergerak ke kampung Bang' Anom dan dari Bang Anom menuju ke arah utara, menyusuri jalan Ambe ngan terus ke Pandean dan kemudian pulang kembali ke pangkalannya di kampung Bubudan. Walaupun demikian, masakan yang dijualnya sangat laris.
No comments:
Post a Comment