Saturday, February 28, 2015

Sambutan yang Tidak Antusias

Stasiun Tanggung

Untuk menyambut peristiwa yang sangat penting itu seluruh kantor-kantor Belanda di Kota Semarang, pada waktu itu telah meliburkan para pegawainya. Namun ternyata perhatian masyarakat Belanda terhadap peristiwa yang sangat penting itu adem-adem saja. Upacara pembukaan trayek kereta api Semarang - Tanggung itu tidak mendapatkan cukup banyak tanggapan. Pembesar tertinggi di Semarang yang menghadiri upacara itu hanyalah seorang Asisten Residen.
Orang-orang yang naik dalam kereta api yang benar-benar masih “ting-ting” itupun juga tidak banyak, kecuali mereka yang mempunyai hubungan langsung dengan  kereta api tersebut. Jumlah para penumpang pada waktu itu hanya tercatat sebanyak 20 orang saja.
 
Apa sebabnya masyarakat Belanda pada waktu itu tidak banyak memberikan perhatian pada peristiwa yang sangat bersejarah itu, tidak diketahui dengan pasti. Mungkin karena harinya bertepatan dengan hari keberangkatan kapal ke Eropah yang betapapun merupakan suatu peristiwa yang penting artinya bagi masyarakat Belanda di Semarang. Tetapi kemungkinan besar sekali karena adanya alasan lain. Apalagi jika diingat bahwa untuk menyambut peristiwa yang sangat bersejarah itu, kantor-kantor Belanda justru telah memberikan liburan bagi para pegawai nya.

Harian De Locomotief yang pada waktu itu terbit di Semarang, dalam penerbitannya tangal. 14 Agustus 1867 telah memuat sebuah tulisan khusus mengenai pembukaan trayek kereta api Semarang - Tanggung itu dengan judul "Het einde van een begin": Akhir dari suatu permulaan, di mana penulis nya telah menyesalkan minimnya perhatian dari masyarakat Belanda di kota Semarang terhadap peristiwa yang besar-benar sangat bersejarah itu.

"Andaikata pentingnya suatu peristiwa hanya dapat diukur dan banyak nya dan sifat perhatian yang dicurahkan oleh khalayak ramai kepadanya, orang dapat mengatakan bahwa pembukaan jalan kereta api Semarang - Tanggung adalah suatu peristiwa yang tidak berarti". Selanjutnya dengan penuh kesal penulis artikel itu menyatakan bahwa hari yang bersejarah tanggal 10 Agustus 1867 itu "telah lewat dengan kesepian, tidak ubahnya dengan hari-hari yg lain dalam setahun".

Pada waktu itu di kalangan masyarakat Belanda di kota Semarang bahkan telah tersiar desas desus mengenai betapa bahayanya jika naik kereta api itu, diantara nya bahaya karena banjir atau bahaya karena kereta api itu bisa keluar dari ril.

Pada tahun 1869 ternyata telah timbul kesulitan keuangan untuk meneruskan rencana yang telah digariskan. Akibatnya Pemerintah Belanda terpaksa turun tangan dengan jalan memberikan tambahan pinjaman hingga seluruhnya berjumlah 17 juta gulden.
 
Karena injeksi financial pada tgl 10 Februari 1870 rel ke Solo telah dapat diselesaikan sedangkan pada tgl 10 Juni 1872 rel itu telah dapat diteruskan sampai ke Yogya.
 
Kurang dari setahun kemudian juga telah dapat diselesaikan rel Kedung Jati Ambarawa, sementara pada tahun itu pula rel Batavia Bogor telah pula dapat dibuka.

No comments:

Post a Comment