Sunday, March 1, 2015

Siapakah Oei Tjoe?

Gang Tengah Di Pecinan

Tidak begitu jauh dari pasar Peterongan, terdapat sebuah gedung besar, yang di tahun 1970an dipakai sebagai gedung sekolah STM Negerl II Semarang. Dari tampak bangunan, jelas benar bahwa gedung itu aselinya tentu bukan merupakan sebuah gedung sekolah melainkan hanya merupakan sebuah gedung besar milik seorang partikelir saja.

Di halaman gedung itu, hingga tahun1970an masih terdapat hiasan gunung-gunungan, terbuat dari batu, dengan hiasan semacam bangunan kecil yang mempunyai sebuah kubah bagaikan kubah sebuah gereja, dan seekor burung garuda sedang hinggap beraga sambil merentangkan sayapnya. Adanya hiasan gunung-gunungan ini bisa mendorong siapapun juga yang melihatnya, dengan cepat sampai pada kesimpulan, bahwa gedung yang sekarang dipakai oleh STM Negeri II di Semarang itu, aslinya memang bukan merupakan sebuah gedung sekolah, sebagaimana dipancarkan oleh raut wajahnya melainkan justru merupakan sebuah rumah milik seorang partikelir saja yang kaya raya.

Dari dokumentasi mengenai sejarah kota Semarang dapatlah kita ketahui, bahwa gedung  itu pada awal mulanya memang milik seorang hartawan di kota Semarang, yakni seorang miliuner Tionghoa dari Gang Tengah bernama Oei Tjoe, yang pada masa awal abad ke-XX merupakan seorang pedagang besar di kota Semarang.

Sebagai seorang pedagang Oei Tjoe mempunyai riwayat yang sedikit unik. Tidak seperti halnya Oei Tiong Ham yang memulai jenjang karier dengan bekerja pada ayahnya sendiri. yang pada waktu itu sudah menjadi seorang pedagang yang kaya raya di Semarang, Oei Tjoe justru memulai lembaran kariernya dengan menjadi seorang pedagang yang sangat miskin.

la dilahirkan di Tiongkok di distrik Lam Ann, tidak begitu jauh dari Amoy, pada tahun 1878 dan dalam usia 10 tahun kemudian pergi merantau ke pulau Jawa mengadu nasib dengan menjadi seorang pedagang kopi di Semarang. Tiap hari dengan membawa pikulan pergi mengunjungi kampong-kampung di kota Semarang untuk menjajakan dagangannya. Modalnya pada waktu itu hanya f 5, saja.
 
Karena kerajinan dan kehematannya, empat tahun kemudian, pedagang kopi cilik dari Tiongkok itu telah berhasil membuka sebuah warung kecil, yang menjual gula, kopi teh, beras, korek api, barang-barang spesifik Tiongkok dan sebagainya.

No comments:

Post a Comment