Sunday, March 1, 2015

Akhir Sebuah Koran

Surat Kabar De Locomotief

Brooshooft meninggalkan jabatannya pada tahun 1903. dua tahun  setelah ia mener bitkan tulisannya yng sangat terkenal "De Ethische Koers in de Nederlandse Koloniale Politiek", suatu program pembaharuan ke tatanegaraan vang sangat layak dan luas yang nota bene juga merupakan karya nya yang terakhir.

Sekitar tahun 1910 Semarang telah menjadi salah satu pusat kegiatan kaum nasionalis di Indonesia. J.E Stokvis yang pada waktu itu menjadi pemimpin redaksi harian De Locomotief adalah seorang liberal yang menaruh banyak simpati terhadap gerakan-gerakan kaum nasionalis di Semarang. Setelah ia meninggalkan De Locomotief pada tahun 1917, ia memegang peranan yang penting dalam partai Sosialis - Demokrat di Negeri Belanda, sementara A.Lievegood yang menggantikannya juga telah meneruskan jejaknya, bertentangan  dengan kebanyakan  harian-harian yang terbit pada waktu itu, mendendangkan kepentingan-kepentingan penjajahan Belanda saja.

Tahun 1926 merupakan suatu tahun musibah bagi De Locomotief. Pada waktu itu sebagian dari wartawannya telah dipengaruhi oleh aliran komunis. Akibatnya, sedikit banyak terasa dalam lembaran yang digarapnya.Karena peristiwa ini De Locomotief kehilangan sangat banyak langganan dan para pemasang iklannya.

Lievegoed sendiri kemudian telah mengundurkan diri. Pengunduran itu telah menimbulkan effek yang cukup dalam bagi De Locomotief. Setelah pengunduran Lievegoed tersebut, De Locomotief mengambil sikap yang konservativ, suatu sikap yang terus dipertahankannya hingga pecahnya perang Dunia II.
 
Pada tgl 1 September 1947 De Locomotief berusaha untuk bangkit kembali. Namun ternyata ia tidak bisa berlahan lama. Tepat pada tanggal. 9 Maret 1956 ia telah minta diri pada para pembacanya untuk mengakhiri riwayatnya. Tiada kata-kata perpisahan telah disampaikan lewat penerbitannya yang terakhir itu. Hanya dua patah kata memberi tanda pada para pembacanya bahwa esok hari ia tidak akan hadir lagi di mejanya. Dan kata-kata itu terpancang di halaman pertama tidak lain ialah ' Laats te Editie" - "Penerbitan Yang Terakhir".

Dengan penerbitan itu berakhirlah sudah riwayat sebuah surat kabar  yang oleh salah seorang bekas redaksi nya pernah disebut sebagai "Een unicke bladzijde" - "Sebuah lembaran yg unik", sebuah surat kabar Belanda yang telah berhasil mencapai usia lebih dari 100 tahun, yang hanya dapat ditandingi oleh harian "Java Bode' dari Batavia.

Masa usia seratus tahun merupakan suatu masa usia yang sangat didambakan oleh sebuah surat kabar. Jubelium semacam itu tentunya akan dirayakan dengan penuh suka cita, setidaknya dengan menerbitkan sebuah penerbitan khusus.

Demikian juga halnya dengan De Locomotief. Untuk menyambut peristiwa yang sangat bersejarah itu, tepat pada tgl. 23 Mei 1951 ia telah muncul dengan sejumlah lembaran ekstra, diantaranya yang sangat istimewa berupa lembaran-lembaran mengenai sejarah kota Semarang, dengan menampilkan beberapa buah karangan dari beberapa orang penulis diantaranya dari van Berkum yang semasa hidupnya pernah menjadi  bibliothecaris di Semarang.

Bagi kepentingan ilmu sejarah, suatu surat kabar dengan usia lebih dari seabad dan terbit terus menerus, sudah terang mempunyai arti tersendiri, yang tiada ternilai.
 
Dengan usia yang demikian lama, kejadian-kejadian penting di suatu daerah, di mana surat kabar itu terbit, telah dapat direkam menurut tertib waktu, dengan tidak ada kekhawatiran mengenai salah tanggal dan masanya.

Demikianlah bagi sejarah kota Semarang  harian De Locomotief mempunyai nilai yang sangat istimewa. Kejadian-kejadian penting di kota Semarang, selama lebih dari seratus tahun semenjak harian itu terbit pada tahun 1851, dengan mudah akan dapat dijumpai dengan membalik-balik kembali lembaran-lembaran kuno dari harian De Locomotief.

Karena itu berbahagialah masyarakat Semarang karena pernah memiliki De Locomotief, Een unieke bladzijde.

No comments:

Post a Comment