Stasiun Alastuwo
Sebelum tahun 1867, pengangkutan barang-barang di pulau Jawa hanya dilakukan dengan menggunakan tenaga manusia, dengan menggunakan kuda dan kereta-kereta beroda empat yang ditarik oleh lembu. Ongkos pengangkutannya kadang-kadang sangat mahal. Akibatnya, banyak barang-barang tidak dapat diangkut, karena tidak dapat menyangga tingginya ongkos pengangkutan itu. Akibatnya lagi, bukan suatu peristiwa yang luar biasa jika pada waktu itu di pulau Jawa ada suatu daerah yang di landa kelaparan, sementara di daerah yang lain beras justru sangat melimpah ruah dan tidak dapat dijual (Marie, van. Th. M.B. De Ontwikkeling van de Spoor-en' Tranwegen in Nederlandsch-Indie. 1916).
Antara tahun 1830 sampai tahun 1840, perkebunan yang terletak di daerah pedalaman telah berkembang dengan pesat. Karena terbatasnya hewan-hewan pengangkut, perkembangan itu tidak mungkin dapat diimbangi dengan meluasnya pengangkutan untuk mengangkut hasil-hasilnya.
Berhubung dengan itu ongkos pengangkutan telah melonjak dengan cepatnya. Sebagai suatu contoh saja, ongkos pengangkutan kopi dari Kedu ke Semarang yang pada tahun 1835 kira-kira hanya f.1,50 per pikul, pada tahun 1840 telah melonjak hingga lebih dari dua kali lipat mendjadi f.3,30 per pikul.
Di samping itu masih timbul kesulitan lain: Karena tidak cukupnya alat-alat pengangkutan, kapal yang berlabuh di Semarang, yang datang ke kota pelabuhan itu untuk mengangkut kopi, seringkali harus bersabar sampai tiga hingga lima bulan. hanya untuk menunggu datangnya muatan dari daerah pedalaman (Marle.van. Th. M.B ibid). Untuk memecahkan kesulitan itu, pada tahun 1840 telah dicoba suatu jalan dengan mengimport unta dan keledai. Tetapi percobaan ini seluruhnya gagal dan tidak pernah diulang, Kemudian pikiran orang sampai pada pertimbangan untuk membangun jalan kereta api dan seiring dengan maksud tersebut pada tahun 1842 telah dicanangkan suatu seruan untuk memanggil mereka yang berminat untuk menanganinya.
Pada sekitar tahun 1860 suasana di daerah-daerah kerajaan di Jawa Tengah seluruhnya telah dapat dikuasai oleh Pemerintah Belanda, Di daerah-daerah itu pabrik-pabrik gula mengalami perkembangan yang benar menggembirakan. Tetapi perkembangan pabrik gula itu dan keinginan untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya dari pabrik-pabrik itu mustahil bisa dicapai dengan alat-alat transport yang terbatas. Berhubung dengan itu setelah mendapatkan beberapa tantangan pada tahun itu juga Pemerinah Belanda di Nederland memutuskan untuk mengirimkan Ir.Stieltjes untuk mengadakan suatu peninjauan mengenai perhubungan di pulau Jawa dan merencanakan perbaikannya .Untuk keperluan itu ia telah mengadakan pemeriksaan jalan yang merentang dari Semarang ke daerah-daerah kerajaan, di Solo dan Yogja, yang pada masa itu lebih dikenal dengan nama Vorstenlanden
Antara tahun 1830 sampai tahun 1840, perkebunan yang terletak di daerah pedalaman telah berkembang dengan pesat. Karena terbatasnya hewan-hewan pengangkut, perkembangan itu tidak mungkin dapat diimbangi dengan meluasnya pengangkutan untuk mengangkut hasil-hasilnya.
Berhubung dengan itu ongkos pengangkutan telah melonjak dengan cepatnya. Sebagai suatu contoh saja, ongkos pengangkutan kopi dari Kedu ke Semarang yang pada tahun 1835 kira-kira hanya f.1,50 per pikul, pada tahun 1840 telah melonjak hingga lebih dari dua kali lipat mendjadi f.3,30 per pikul.
Di samping itu masih timbul kesulitan lain: Karena tidak cukupnya alat-alat pengangkutan, kapal yang berlabuh di Semarang, yang datang ke kota pelabuhan itu untuk mengangkut kopi, seringkali harus bersabar sampai tiga hingga lima bulan. hanya untuk menunggu datangnya muatan dari daerah pedalaman (Marle.van. Th. M.B ibid). Untuk memecahkan kesulitan itu, pada tahun 1840 telah dicoba suatu jalan dengan mengimport unta dan keledai. Tetapi percobaan ini seluruhnya gagal dan tidak pernah diulang, Kemudian pikiran orang sampai pada pertimbangan untuk membangun jalan kereta api dan seiring dengan maksud tersebut pada tahun 1842 telah dicanangkan suatu seruan untuk memanggil mereka yang berminat untuk menanganinya.
Pada sekitar tahun 1860 suasana di daerah-daerah kerajaan di Jawa Tengah seluruhnya telah dapat dikuasai oleh Pemerintah Belanda, Di daerah-daerah itu pabrik-pabrik gula mengalami perkembangan yang benar menggembirakan. Tetapi perkembangan pabrik gula itu dan keinginan untuk mendapatkan untung sebanyak-banyaknya dari pabrik-pabrik itu mustahil bisa dicapai dengan alat-alat transport yang terbatas. Berhubung dengan itu setelah mendapatkan beberapa tantangan pada tahun itu juga Pemerinah Belanda di Nederland memutuskan untuk mengirimkan Ir.Stieltjes untuk mengadakan suatu peninjauan mengenai perhubungan di pulau Jawa dan merencanakan perbaikannya .Untuk keperluan itu ia telah mengadakan pemeriksaan jalan yang merentang dari Semarang ke daerah-daerah kerajaan, di Solo dan Yogja, yang pada masa itu lebih dikenal dengan nama Vorstenlanden
No comments:
Post a Comment