Saturday, February 28, 2015

Benteng yang Merana

Tampak Di Permukaan Tanah

Perlu dicatat hingga jaman Jepang, masyarakat Semarang sebenarnya masih bisa  menyaksikan benteng kuno yang dinamakan Benteng Pendem itu, sekalipun pada waktu itu telah merana. Banyak dari bagiannya  telah penuh dengan lumut atau tanaman liar.
 
Keadaan pada waktu itu memang benar-benar sangat menyedihkan. Tidak heran mungkin karena hal itu juga, ketika di Semarang pecah pertempuran lima hari yang terkenal itu, tempat tersebut akhirnya dipilih sebagai tempat untuk menyingkirkan mayat para serdadu Jepang telah dibunuh oleh para pemuda yang berada tidak jauh dari tempat tersebut.
 
Namun, celakanya setelah peristiwa itu ternyata banyak tersiar desas desus bahwa Benteng Pendem sangat angker. Banyak cerita-cerita seram sering dikemukakan orang mengenai hal itu, menambah jumlah khazanah cerita-cerita semacam itu yang sebenarnya telah banyak beredar pada akhir penjajahan Belanda di Indonesia, ketika Benteng Pendem itu tidak lagi digunakan , dan dibiarkan menjadi bangunan yang kosong , tiadak terawat

Di antara sekian ceritera-ceritera itu ada diantara nya yang benar-benar sangat menarik perhatian, bahwa Benteng Pendem itu katanya di tunggu oleh seekor ular naga yang mengenakan mahkota sementara yang paling masyhur menceritakan bahwa Benteng Pendem itu sebenarnya mempunyai terusan rahasia yang memanjang hingga menembus laut Jawa, tidak ubahnva dengan Taman Sari di Yogyakarta yang konon kabarnva juga mempunyai terusan rahasia semacam itu yang menembus jauh sekali hingga ke Laut Selatan.

Sekalipun cerita-cerita itu tidak lebih hanya merupakan mitos saja namun kenyatannya di kalangan masyarakat dapat dikatakan telah berhasil menerbitkan pengaruh yang tidak bisa diabaikan. Melihat Benteng Pendem yang sunyi dan lengang  dalam keadaan merana dan tidak terawat, penuh dengan lumut dan tanaman liar, alam fikiran orang awam memang mudah terbawa hanyut terseret ke alam fantasia.
 
Demikianlah, tempo doeloe sering kita dengar orang-orang tua di Semarang sering memberikan nasehat: Jangan main-main di Benteng Pendem. Bisa tersesat dan salah-salah bisa jadi korban dari yang "mbahurekso" di tempat itu.

Tetapi, betapapun seramnya. Ceritera-cerita itu tempo doeloe ternyata toh tidak kuasa untuk membendung anak-anak pada- ngeluyur ke sana. Tiap hari tidak sedikit murid-murid sekolah yang telah memerlukan datang ke tempat itu untuk bersantai. Bahkan lebih dari itu, tempat tersebut akhirnya menjadi tempat pelarian dari murid-murid yg mempunyai hobby membolos.

Sayang setelah kemerdekaan Benteng Pendem itu telah dihancurkan hingga akhirnya lenyap sama sekali dari muka bumi. Menurut sumber-sumber yang layak dipercaya, pada waktu itu ternyata ada sementara pejabat yang telah terlalu “over" dengan menganggap benteng kuno tersebut sebagai lambang penjajahan Belanda. Karena itu benteng kuno tersebut harus dihancurkan.
 
Demikianlah jadinya. Sekarang ini kita tidak lagi bisa menatap bagaimana kokoh dan kekar, cantik dan molek nya Benteng Pendem itu. Hanya fotonya saja yang masih bisa kita lihat dan kisah-kisahnya saja yang masih bisa kita dengar. Sedangkan. jika Benteng Pendem itu sekarang masih ada, bukan saja hal itu akan merupakan suatu atraksi pariwisata yang sangat istimewa bagi para pelancong, namun bagi para penduduk Semarang sendiripun benteng kuno itu akan merupakan suatu tempat persinggahan yg sangat mengasyikkan. Sebagai tempat rekreasi seluruh anggauta keluarga sebagai obyek studi bagi para pelajar dan mahasiswa dan siapa tahu juga akan merupakan tempat bersantai - santai sangat mengasyikkan dengan si dia, sambil merenung menatap indahnya laut Jawa yang biru dan tenang.

Sayang benteng kuno itu sekarang justru telah lenyap!

No comments:

Post a Comment